“Banyak orang berhenti hidup walaupun mereka masih terus bekerja.
Mereka lupa akan saat-saat penuh pesona yang dibawa setiap hari dan keajaiban hidup yang datang tiap menit.”
(Paulo Coelho)
Saya terkesima pertama kali melihat kutipan tersebut, pikiran saya mencoba kembali mencerna dan berusaha memahami rentetan kata-kata sederhana yang sedang saya baca. Dan saya telah mengambil pemahaman bagi diri saya sendiri, yang tentunya mungkin (baca : hampir dapat dipastikan) berbeda dengan pemahaman anda.
Bagi saya, kutipan tersebut membuat saya kembali melihat kedalam diri saya sendiri, dan kembali melihat dunia di sekitar saya. Rutinitas yang kita jalani setiap hari, harus kita akui, kadang membuat kita "lupa" akan perkembangan dan perubahan yang terjadi diseputar kita. Dan rutinitas itu membentuk kita menjadi "sosok yang terprogram" yang berjalan secara otomatis.
Mungkin anda bertanya, "sosok yang terprogram dan berjalan secara otomatis ?". Sebagai ilustrasi saya beri contoh, tentunya andasudah sangat hafal perjalanan yang ditempuh dari rumah anda menuju tempat anda bekerja bukan ? Rute yang anda lalui setiap hari selalu sama, yang pada akhirnya anda sadari atau tidak, rute ini sudah "terprogram" di alam bawah sadar anda, sehingga apabila hendak pergi ke kantor, ANDA TIDAK BERFIKIR LAGI harus melalui rute yang mana, alam bawah sadar anda yang menuntun, apakah belok kiri atau kanan, semua berjalan secara otomatis.
Begitu juga apabila kita selalu mengerjakan pekerjaan yang sama, rutinitas dapat membuat kita menjadi serba otomatis, layaknya robot, sehingga kita jarang sekali benar-benar mempergunakan potensi "super komputer" di kepala kita untuk berfikir kreatif, logis dan kritis. Apalagi, bila saya dan anda hanya seorang staf yang baru mau bekerja bila diperintah oleh atasan, bisa anda bayangkan bukan ? Dalam kondisi seperti ini, anda dan saya hanyalah "mesin".
Bagi saya, inilah kondisi dimana kita terus bekerja tapi kita telah berhenti hidup. Kita berhenti menggunakan potensi yang kita miliki dan terjebak dalam nikmatnya labirin rutinitas yang ada. Yang (mungkin) bagi anda dan saya itu cukup. Sementara itu, dunia terus berputar, perubahan terus terjadi, perkembangan teknologi yang pesat, penemuan-penemuan baru, situasi politik yang memanas, bahkan tingkat intelegensia manusia di belahan bumi yang lain telah jauh meninggalkan kita, tanpa kita sadari.
Saya yakin sekali, sebenarnya masih banyak potensi yang bisa kita gali didalam diri kita masing-masing. Masih banyak sekali yang bisa kita lakukan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Jadi mengapa kita batasi diri kita dengan "program otamatis" ? Mengapa tidak berubah ? Bukankah semuanya disekitar anda dan saya telah berubah ?
Jujurnya, saya sendiri sedang berusaha "MEMANUSIAKAN KEMBALI" diri saya, mencoba kembali menggali potensi diri yang ada, mencoba kembali berbicara dan berdamai dengan HATI dan PIKIRAN saya, mencoba kembali menikmati pesona dan kejutan-kejutan yang terjadi dalam setiap langkah yang saya tempuh. Saya akan berusaha keluar dari dalam labirin yang selama ini memenjarakan saya. Bagaimana dengan anda ?
Coba anda pikirkan lagi, apa yang sedang berlangsung disekitar anda, persis ketika anda membaca tulisan ini. Kalau anda tanya saya, sebenarnya kita sedang menjalankan "PROGRAM USANG", yang sudah berlangsung sejak puluhan, mungkin ratusan tahun yang lalu.
Jadi, kalau tidak kita mulai perubahan itu dari sekarang, mungkin anda dan saya kelak tidak akan sanggup berkaca, melihat kedalam cermin, dan berkata "AKU SUDAH MELAKUKAN YANG TERBAIK UNTUK GENERASI PENERUSKU"
Karena percayalah, jejak yang kita tinggalkan hari ini akan menjadi salah satu patokan mereka untuk menentukan masa depan yang lebih baik.
.
4 comments:
Tulisan ini Cukup membuat aq sesaat berhenti untuk berfikir tentang hal-hal yang laen...Yaa Abi Akhtar, anda benar..!! kita slama ini tlah berhenti hidup ktika kita masih saja terus bekerja...Saat sms Bapak masuk, aq tengah membaca buku Norman Drummond, "Membaca Masa Depan Anda Melalui Kekuatan Emosi dan Fikiran". Meski blon tuntas bacanya (karna td sore kita asyik diskusi)aq fikir isinya sangat relevan dengan tulisan ini. Masa depan kita sangat ditentukan oleh kemampuan kita untuk menciptakan koneksitas hati (emosi/Psikologi) dngan kepala (fikiran/strategi). Katanya, "...sesungguhnya titik pangkal paling dasar yang menentukan kapabilitas dan integritas kepribadian seseorang, sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan anda sendiri dalam membaca, mengelaborasi dan mengaktualisasikan kekuatan emosi dan fikiran anda sekaligus". Jadi, untuk menjaga agar kita tetap "hidup" kenapa ga coba mengkoneksikan hati dan kepala kita?
kreatif..........!!!
SE-7, .......
Secara sadar maupun tidak, secara jujur maupun tidak, qta tetap harus
mengakui bahwa qta mmg sdh secara nyata "terprogram", qta tbiasa dgn
prosedur n sistem, yg tkadang justru membelenggu kreatifitas dan
inovasi qta. Tp tuk me-reform kondisi yg yang penuh Retorika seperti skrg ni, bukanlah suatu hal yg mudah, bahkan Presiden qta sendiri, disaat pidato kenegaraan menyambut Peringatan Kebangkitan Bangsa yg ke 100 tahun, mengungkapkan bahwa qta harus mandiri, harus punya daya
saing, harus menjadi bangsa yg beradab????? Gmn mo mandiri???, qta aja dgn senang hati manggut2 sambil menyilangkan kedua belah tangan
didepan kemalua@* qta dgn kekuatan asing, g usah sm Unholy Trinity :
IMF, WORLD BANK n WTO, sm Malay aja qta atuttttttt, Gmn punya daya
saing klo beras petani qta sendiri dikebiri, qta lbh senang dan
berbangga dengan beras impor???, Gmn mo jadi bangsa yang beradab, qta sendiri tak beda dengan seorang SUMANTO…nah…tuk mlakukan perubahan
image/doktrin yg ttanam di dalam jiwa seseorang membutuhkan proses yg tdk sbentar, wlo demikian, qta g boleh menjadi orang yang Fatalis,
semangat n Nyante aza lae...!!!
kalo alx telaah tu semua karena kita hanya punya konsep dasar sebagai kebiasaan yang selalu rutin kita jalankan tanpa ada jadwal untuk esok.
kemungkinan yang terjadi sama seperti yang abang tulis
ga ada niat melakukan yang terbaru karena hidup adalah rutinitas
Post a Comment